'Mantra Kopi' merupakan wujud komunikasi para petani dengan tanaman kopi. Saat mereka mulai menanam dan memasukkan akar kopi kedalam tanah, mulaillah mereka berkomunikasi.
Di dunia perkopian, dikenal 2 spesies kopi yang cukup populer di lidah para pengopi. Ada kopi spesies Kopi Robusta dan spesies Kopi Arabika, kedua spesies kopi ini tumbuh dikawasan tropis pada ketinggian yang berbeda. Karakter, cita rasa, dan kandungan kafeiinya pun berbeda.
Spesies Robusta tumbuh di dataran rendah, tanamannya lebih pendek dan berdaun lebar, menghasilkan biji bulat dan kecil, Robusta kebal terhadap hama dan penyakit, dengan rasa yang cenderung pahit memiliki kafein mencapai 2% ini banyak tumbuh di wilayah Indonesia yaitu Sumatera dan Lampung dimana menguasai pangsa pasar dunia sampai 40%.
Spesies Arabika hanya dapat dibudidayakan di dataran tinggi, tanaman ini berdaun kecil dan panjang, menghasilkan biji lonjong dan besar, Arabika terkenal kaya rasa dengan kandungan kafein 0,8% dan menguasai 60% pasar dunia. Spesies Arabika banyak tumbuh di wilayah Aceh, Toraja, Bali, Papua, dan Flores.
Terlepas dari potensi ekonomi kopi Arabika maupun Robusta, sebernya ada hal menarik dalam tradisi menanam kopi di wilayah Dataran Tinggi Gayo, Aceh. Menanam kopi memang pekerjaan teknis yang sudah sangat dipahami para petani. Namun, mereka mendapat warisan lokal yang sangat berharga yang berasal dari nenek moyang. Warisan itu oleh sastrawan Fikar W. Eda disebut dengan istilah 'Mantra Kopi'.
'Mantra Kopi' merupakan wujud komunikasi para petani dengan tanaman kopi. Saat mereka mulai menanam dan memasukkan akar kopi ke dalam tanah, mulailah mereka berkomunikasi. Mereka bergumam, bahkan ada yang mengucapkan dengan suara yang mengelegar. 'Mantra Kopi' bukan hanya dilakukan sekali, setiap menanam batang kopi, setiap saat itu pula mantra kopi dibaca.
Kenapa mereka membaca 'Mantra Kopi?' Dalam pandangan para petani di Dataran Tinggi Gayo, menanam kopi adalah makhluk hidup yang memahami bahasa lisan, bahasa tubuh, dan bahasa hati manusia.
Berkomunikasi dan mencurahkan kasih sayang kepada tanaman kopi sama halnya dengan merawat dan membesarkan anak-anak. Makin baik komunikasi dan makin tinggi nilai kasih sayang yang dicurahkan, makin subur, besar, dan berbuah banyak yang ranum pada tanaman kopi itu.
Sebaiknya saat bertamu kerumah seorang petani di Dataran Tinggi Gayo, jangan tolak secangkir kopi panas yang dihidangkan. Itu merupakan kopi Specialty yang memiliki buah istimewa dan pilihan. Lagi pula, dalam secangkir kopi panas itu mengalir 'Mantra Kopi'.
Dari secangkir itu, menyeruak aroma dan cita rasa istimewa. Itulah hasil perkawinan kopi dengan hembusa angin.
(Sumber : Hikayat Negeri Kopi)
JOIN NOW!!!
(Sumber : Hikayat Negeri Kopi)
No comments:
Post a Comment