Sunday, November 13, 2016

50 Merek Kopi Diproduksi di Temanggung

Petani di 20 kecamatan di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, memproduksi sedikitnya 50 merek kopi bubuk lokal. Meski hanya berasal dari tiga jenis tanaman kopi, setiap merek kopi bubuk tersebut tetap memiliki keunikan dan ciri khas masing- masing.

Ketua Asosiasi Roaster dan Pengusaha Kopi Temanggugg Ardhi Wiji Utomo mengatakan, kopi yang diproduksi petani, yakni arabika, robusta, dan ekselsa. Keunikan dan ciri khas dari tiga jenis kopi tersebut muncul karena beragam faktor, antara lain perbedaan ketinggian tempat tanaman tumbuh, perbedaan proses saat membuat kopi bubuk, dan pengaruh dari tanaman lain yang ada di sekitar tanaman kopi.

”Perbedaan tanaman yang ada di sekitar tanaman kopi, misalnya, sudah cukup memberikan keunikan pada aroma kopi yang dihasilkan. Oleh karena itu, di Kabupaten Temanggung muncul kopi dengan aroma berbeda-beda, seperti kopi dengan aroma pisang, kopi dengan aroma avokad, hingga kopi dengan aroma tembakau,” kata Ardhi, Minggu (30/10), di Temanggung.

Desa penghasil kopi dengan aroma tembakau antara lain Desa Tlahab di Kecamatan Kledung. Ketinggian lokasi tempat tanaman kopi tumbuh juga memberikan cita rasa berbeda. Semakin tinggi lokasi tersebut, cita rasa kopi yang dihasilkan akan semakin lembut.

Di tangan petani, kopi yang dihasilkan diolah dengan beragam alat dan teknik proses tersendiri seperti proses natural (dijemur tanpa dikupas kulitnya) dan honey process (dikupas dulu baru dijemur). Beragam proses tersebut menghasilkan kopi dengan cita rasa berbeda

Terus berkembang
Ardhi mengatakan, dahulu hanya ada 20-30 merek kopi di Temanggung. Namun, seiring dengan meningkatkan keterampilan petani, jumlah merek kopi pun terus berkembang pesat selama tiga tahun terakhir.

Tidak hanya berani melakukan terobosan melalui pengembangan keunikan dan kemasan, Ardhi mengatakan, petani di Temanggung juga terus berinovasi meningkatkan kualitas sehingga kopi yang diproduksi layak dijual hingga ke luar negeri.

”Hanya dalam waktu singkat, sekitar tiga tahun terakhir ini, kopi Temanggung telah menembus pasar, seperti Jepang, Korea, dan AS,” ujarnya.

Supriyono (52), petani dan produsen kopi merek Stlerep di Kecamatan Wonoboyo, mengatakan, dirinya baru terjun di industri kopi bubuk selama satu tahun terakhir. Selama itu dia telah membuat tujuh varian kopi dari jenis kopi arabika dan robusta.

”Saat ini, saya terus berupaya mengembangkan produk dan menargetkan tahun depan akan menambah jumlah varian menjadi 20 Varian kopi,” ujarnya.

Salah satu varian kopi yang berhasil dibuat, tetapi belum diluncurkan oleh Supriyono adalah jenis kopi lanang plus. Kopi lanang adalah jenis kopi robusta yang berbiji tunggal, tidak berbelah, dan bulat. Penambahan istilah plus adalah karena ada tambahan tanaman-tanaman liar lain seperti alang-alang yang digiling bersama biji kopi.

Sementara Saefudin (45), salah seorang produsen kopi di Ke-camatan Gemawang, memproduksi kopi organik.

JOIN NOW!!!

(Sumber: Kompas 31 Okt 2016)

No comments:

Post a Comment