Pemerintah Provinsi Sumatera Barat memperluas lahan budidaya
kopi arabika hingga 400 hektar untuk memproduksi kopi dengan kualitas
speciality dan premium di tiga kabupaten, yakni Agam, Tanah Datar, dan
Limapuluh Kota. Upaya itu dilakukan untuk mengejar target ekspor 18 ton kopi
arabika dengan dua kualitas itu pada akhir 2017.
Kepala Dinas Pertanian Sumbar Fajarudin, di Padang, Senin
(14/11), mengatakan, perluasan lahan di Agam dilakukan di Nagari Lasi,
Kecamatan Candung. Adapun di Tanah Datar berada di Kecamatan Salimpaung,
sedangkan Kabupaten Limapuluh Kota di Kecamatan Situjuh Lima Nagari. Total
petani di ketiga wilayah itu 160 orang.
Fajarudin menyebutkan, dengan perluasan ini, Sumbar saat ini memiliki sekitar 1.200 hektar kebun kopi arabika (berada di atas ketinggian 700-1.700 meter di atas permukaan laut) untuk memproduksi kopi dengan kualitas (grade) specialty dan premium. Kopi dengan kualitas premium adalah kopi yang saat diuji mendapat nilai cita rasa 70-80, sementara specialty nilainya lebih tinggi lagi, yakni di atas 80.
"Sebelumnya, kita sudah punya B00 hektar kebun kopi
arabika untuk memproduksi kopi arabika dengan dua kualitas tersebut. Sebagian
besar berada di Kabupaten Solok. Sisanya dalam skala kecil di tiga wilayah yang
kami kembangkan sekarang, yakni Agam, Tanah Datar, dan Limapuluh Kota,"
tutur Fajarudin.
Untuk 400 hektar lahan baru di tiga wilayah itu, pihaknya
telah memberikan bantuan bibit sebanyak 30.000 batang. Adapun untuk Solok yang
sudah lebih dulu memulai diberikan bantuan bibit sekilar 100.000 batang.
Selain bantuan bibit, ujar Fajarudin, secara bertahap petani
di ketiga wilayah itu juga akan mendapat peningkatan kapasitas untuk
pengembangan pada masa tanam hingga alat-alat untuk proses pasca panen. Di
Solok, bantuan alat yang sudah diberikan berupa mesin penggiling, mesin
pengupas kopi kering, dan rumah pengeringan kopi.
”Selain di hulu, tahap di tingkat hilir, yakni proses pasca
panen, menjadi bagian paling penting untuk menghasilkan kopi dengan kualitas
yang kita inginkan. Oleh karena itu, petani harus disiapkan dengan sebaik
mungkin,” kata Fajarudin.
”Selain di hulu, tahap di tingkat hilir, yakni proses pasca
panen, menjadi bagian paling penting untuk menghasilkan kopi dengan kualitas
yang kita inginkan. Oleh karena itu, petani harus disiapkan dengan sebaik
mungkin,” kata Fajarudin.
Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Surian Permai di
daerah Surian Edra Novid mengatakan, sejak memulai pengembangan kopi arabika
pada 2014, mereka sudah mengekspor sekitar 50 ton kopi kualitas specialty. Kopi
itu diambil dari sekitar 34 kelompok tani.
“Kopi arabika kualitas specialty diekspor ke Korea,
Australia, dan Jepang, tetapi dikirim melalui Medan terlebih dahulu. Selain
itu, kami juga sedang dalam tahap persiapan untuk ekspor yang premium ke Rusia
dan Ukraina." ujar Edra Novid.
JOIN NOW!!!
(Sumber: Kompas 15 Nov 2016)
No comments:
Post a Comment