Pada abad ke-18,
Pulau Jawa merupakan penghasil kopi arabika terbesar dan terbaik di dunia, tapi
kejayaannya berakhir seabad kemudian. Mengapa?
Indonesia
saat ini masuk dalam kelompok lima negara penghasil kopi terbesar di dunia.
Urutannya adalah Brasil, Vietnam, Indonesia, Etiopia dan Kolombia. Vietnam
terhitung pendatang baru dalam kelompok negara penghasil kopi dunia. Tahun
1990, negeri di daratan Indocina ini baru masuk ke dalam 20 besar penghasil
kopi dunia. Sementara Indonesia dikenal sebagai penghasil kopi sejak
berabad-abad silam.
Pengamat Agrobisnis F Rahardi
menuturkan, Indonesia sudah terkenal sebagai penghasil kopi sejak zaman
penjajahan Belanda, yang waktu itu bernama Hindia Belanda. Pada abad ke-18,
Pulau Jawa merupakan penghasil kopi arabika (Coffea arabica)
terbesar dan terbaik di dunia. Sedemikian terkenalnya kopi arabika jawa di
Eropa, hingga waktu itu kopi identik dengan Jawa. Sampai sekarang masyarakat di
Eropa Utara menyebut minum kopi dengan “minum java”.
“Namun, masa kejayaan kopi arabika
jawa berakhir abad ke-19. Ketika itu, penyakit karat daun menghancurkan
perkebunan kopi arabika di Jawa. Di saat yang sama, spesies kopi robusta (Coffea canephora), yang lebih produktif dan
tahan penyakit karat daun, ditemukan,” papar F. Rahardi sebagaimana dimuat Kontan.
Indonesia kini lebih banyak menghasilkan kopi robusta. Tanaman kopi arabika
cuma tersisa di dataran tinggi, seperti Takengon (Aceh), Ijen (Jawa Timur),
Toraja (Sulawesi Selatan), Ungaran (Jawa Tengah), dan di beberapa tempat lain.
Menurut legenda, tumbuhan asal kawasan
Tanduk Afrika itu mulai menjadi minuman setelah masyarakat mendengar kabar
tentang sekawanan kambing jantan yang agresif mengejar betina usai memakan ranting
berikut daun dan buah kopi.
Legenda lain menyebutkan sekelompok
kafilah yang tengah beristirahat membuat api unggun. Di antara kayu yang
dibakar, terdapat ranting pohon kopi tua berikut bijinya. Para kafilah yang
mencium bau harum, kemudian mencicipi biji yang hangus itu. Ternyata rasanya
pahit sekali, hingga mereka buru-buru minum air. Efek samping yang tidak mereka
sangka, rasa letih dan mata yang mengantuk segera hilang.
Setelah dikenal sebagai minuman di
Tanduk Afrika, kopi menyebar ke Jazirah Arab pada abad ke-13. Dari Arab, kopi
masuk Eropa melalui Turki, yang waktu itu merupakan kekhalifahan Seljuk. Di
Turki itulah “tempat minum kopi” pertama di dunia muncul. Pada abad ke-14
kebiasaan minum kopi sudah menyebar ke seluruh Eropa. Penjelajahan bangsa Eropa
ke dunia baru di abad ke-15 dan ke-16, ikut menyebarkan kopi ke kawasan tropis,
termasuk Indonesia.
Meski pernah dihancurkan penyakit
karat daun, sentra kopi arabika terus tumbuh. Terakhir di Wamena, Papua. Kopi
arabika aslinya merupakan tanaman gurun yang perlu udara kering dan panas.
Wamena dan sekitarnya bersuhu sangat dingin karena berada 3.000 meter di atas
permukaan laut.
Tak heran jika di kawasan tersebut
kopi arabika tumbuh kerdil, tapi menghasilkan citarasa terbaik. Indonesia masih
punya banyak kawasan pegunungan, dengan ketinggian di atas 1.000 meter di atas
permukaan laut, yang cocok untuk pengembangan kopi arabika. Hanya kawasan di
pegunungan penyakit karat daun tidak menyerang.
JOIN NOW!!!
(Sumber : Intisari 2013)
No comments:
Post a Comment