Tuesday, January 17, 2017

Arabika Kopi, Yang Berjaya Di Masanya



Pada abad ke-18, Pulau Jawa merupakan penghasil kopi arabika terbesar dan terbaik di dunia, tapi kejayaannya berakhir seabad kemudian. Mengapa?


Indonesia saat ini masuk dalam kelompok lima negara penghasil kopi terbesar di dunia. Urutannya adalah Brasil, Vietnam, Indonesia, Etiopia dan Kolombia. Vietnam terhitung pendatang baru dalam kelompok negara penghasil kopi dunia. Tahun 1990, negeri di daratan Indocina ini baru masuk ke dalam 20 besar penghasil kopi dunia. Sementara Indonesia dikenal sebagai penghasil kopi sejak berabad-abad silam.

Pengamat Agrobisnis F Rahardi menuturkan, Indonesia sudah terkenal sebagai penghasil kopi sejak zaman penjajahan Belanda, yang waktu itu bernama Hindia Belanda. Pada abad ke-18, Pulau Jawa merupakan penghasil kopi arabika (Coffea arabica) terbesar dan terbaik di dunia. Sedemikian terkenalnya kopi arabika jawa di Eropa, hingga waktu itu kopi identik dengan Jawa. Sampai sekarang masyarakat di Eropa Utara menyebut minum kopi dengan “minum java”.

“Namun, masa kejayaan kopi arabika jawa berakhir abad ke-19. Ketika itu, penyakit karat daun menghancurkan perkebunan kopi arabika di Jawa. Di saat yang sama, spesies kopi robusta (Coffea canephora), yang lebih produktif dan tahan penyakit karat daun, ditemukan,” papar F. Rahardi sebagaimana dimuat Kontan. Indonesia kini lebih banyak menghasilkan kopi robusta. Tanaman kopi arabika cuma tersisa di dataran tinggi, seperti Takengon (Aceh), Ijen (Jawa Timur), Toraja (Sulawesi Selatan), Ungaran (Jawa Tengah), dan di beberapa tempat lain.

Menurut legenda, tumbuhan asal kawasan Tanduk Afrika itu mulai menjadi minuman setelah masyarakat mendengar kabar tentang sekawanan kambing jantan yang agresif mengejar betina usai memakan ranting berikut daun dan buah kopi.

Legenda lain menyebutkan sekelompok kafilah yang tengah beristirahat membuat api unggun. Di antara kayu yang dibakar, terdapat ranting pohon kopi tua berikut bijinya. Para kafilah yang mencium bau harum, kemudian mencicipi biji yang hangus itu. Ternyata rasanya pahit sekali, hingga mereka buru-buru minum air. Efek samping yang tidak mereka sangka, rasa letih dan mata yang mengantuk segera hilang.

Setelah dikenal sebagai minuman di Tanduk Afrika, kopi menyebar ke Jazirah Arab pada abad ke-13. Dari Arab, kopi masuk Eropa melalui Turki, yang waktu itu merupakan kekhalifahan Seljuk. Di Turki itulah “tempat minum kopi” pertama di dunia muncul. Pada abad ke-14 kebiasaan minum kopi sudah menyebar ke seluruh Eropa. Penjelajahan bangsa Eropa ke dunia baru di abad ke-15 dan ke-16, ikut menyebarkan kopi ke kawasan tropis, termasuk Indonesia.

Meski pernah dihancurkan penyakit karat daun, sentra kopi arabika terus tumbuh. Terakhir di Wamena, Papua. Kopi arabika aslinya merupakan tanaman gurun yang perlu udara kering dan panas. Wamena dan sekitarnya bersuhu sangat dingin karena berada 3.000 meter di atas permukaan laut.

Tak heran jika di kawasan tersebut kopi arabika tumbuh kerdil, tapi menghasilkan citarasa terbaik. Indonesia masih punya banyak kawasan pegunungan, dengan ketinggian di atas 1.000 meter di atas permukaan laut, yang cocok untuk pengembangan kopi arabika. Hanya kawasan di pegunungan penyakit karat daun tidak menyerang.

JOIN NOW!!!

(Sumber : Intisari 2013)

No comments:

Post a Comment