Thursday, January 19, 2017

Cita Rasa Kopi Nomor Satu, Hasil Tampil Beda



“Stigma negative terhadap cita rasa kopi arabika berangkat dari tradisi lisan sejak era kolonial.”

Era minum kopi rasa jagung telah berakhir di Aceh Tengah. Lidah warga Aceh Tengah makin peka membedakan rasa dan aroma kopi arabika dengan kopi robusta. Lebih-lebih, jika bubuk kopi bercampur jagung atau beras, serta merta konsumen kopi di Dataran Tinggi Gayo akan mengetahuinya. Karena itu, gaya minum kopi warga Aceh Tengah mulai beralih dari konsumen kopi kemasan, ke kopi arabika asli yang di gongseng oleh penyedia jasa coffee roasted.

Era itu dimulai sejak tahun 2009 lalu ketika Bergendaal Koffie mulai mematahkan stigma tentang kopi arabika yang dianggap tidak cocok dengan lidah warga. Kehadiran Bergendaal Koffie waktu itu banyak dikritikk warga yang umumnya peminum kopi robusta. Namun, produk Bergendaal Koffie terus membanjiri pasar dengan bubuk kopi dan coffee roasted arabika.

Pelan-pelan, produk Bergendaal Koffie berhasil tampil beda dan membentuk selera pecinta kopi akan cita rasa kopi sejati. Pengemar kopi robusta dan kopi kemasan yang selama ini menentang habis-habisan usaha pengolahan kopi arabika pelan-pelan mulai beralih setelah mencicipi kopi arabika yang bercita rasa tinggi.

Stigma negative terhadap cita rasa kopi arabika berangkat dari tradis lisan sejak era kolonial. Konon, stigma itu sengaja diciptakan pihak colonial agar semua buah kopi arabika yang ditanam petani dijual kepada eksportir Belanda.

Dan, setelah berani berbeda dalam menilai cita rasa kopi, selera minum kopi warga Aceh Tengah akhirnya berubah pula. Mereka menjadi peminum kopi yang di beri gelar one of the best coffee.
Sekarang, Aceh Tengah benar-benar memasuki era baru dalam hal menikmati aroma dan cita rasa kopi arabika. Ketergantungan kopi kemasan yang umumnya berbahan baku robusta dan dipasok dari luar daerah kini berkurang tajam. Pasalnya, mereka bisa menyeruput kopi arabika asli dari hasil ladangnya sendiri.

Untuk menghasilkan coffee roasted dengan cita rasa tinggi, green bean harus berasal dari buah yang masak sempurna. Proses fermentasinya minimal harus 24 jam. Penjemurannya juga wajib di atas balai supaya tidak terpapar bau asing dan aroma tanah. Karena warga ingin tampil beda dalam menyajikan sensasi dan cita rasa kopi arabika yang mereka tanam sendiri.

Biji kopi yang dibawa warga untuk di sangrai rata-rata memiliki kualitas terbaik. Aroma yang muncul saat digongseng cukup beraneka ragam. Karena itu, dipercaya warga sudah paham mengolah buah kopi berkualitas.

“Sangat wajar buah kopi yang dipetik adalah buah yang masak sempurna”.

JOIN NOW!!!

 (Sumber : Hikayat Negeri Kopi)

No comments:

Post a Comment