"Di mana mereka merasa terinspirasi,
di situlah mereka beraksi".
Kopi bukan
hanya sedap untuk di seruput dan dinikmati. Ternyata, kopi adalah sumber
ekonomi dan inspirasi. Bagi petani, kopi menjadi sumber ekonomi. Sebaliknya,
bagi seniman kopi adalah sumber inspirasi.
Mungkinkah kopi
dapat menginspirasi seniman? Ladang kopi bisa menjadi panggung bagi para
seniman. Di sana, ilham mengucur bagai butiran hujan membasahi dedaunan kopi,
lahirlah karya memukau yang diberi nama musikalitas puisi.
Begitulah bentuk
kreativitas sejumlah seniman pengelana yang di motori oleh Fikar W. Eda,
seniman asli Tanah Gayo Aceh Tengah yang bergabung dalam Komunitas Rangkaian
Bunga Kopi. Seniman berambut gondrong ini sudah melalang buana di dunia sastra
nusantara. Sosok nya sudah banyak yang mengenal.
Para penyuka
seniman ini baru terkaget-kaget ketika hasil karyanya diunggah di media social.
Seandainya atraksi itu diumumkan kepada public, barangkali ladang kopi itu
tidak akan mampu menampung penonton. Tapi, itulah keistimewaan Fikar W. Eda
yang membuat orang makin mengaguminya.
Bagi Fikar,
tempat membaca puisi tidak mesti di auditorium atau panggung budaya. Di mana
saja sebuah puisi bisa dibaca. Tidak heran jika lelaki ini pernah tampil di dalam
bus kota di jalanan Jakarta. Pernah juga membaca puisi di tebing karang Desa
Mendale, Kebanyakan di Aceh Tengah. Dan pada saat peresmian Bandara Rembele,
Bener Meriah di 2002 lalu.
Dia tidak
gerogi meski belum ada catatan puisi yang akan dibacakan. Kata dan kalimat
indah keluar begitu saja dari mulutnya, Indah dan menyentuh Hati. Puisi yang
muncul tiba-tiba lebih inspiratif itu terbukti semua hadirin saat itu terkesima
dan memberikan standing ovation dipersembahkan untuknya.
(Sumber : Hikayat Negeri Kopi)
No comments:
Post a Comment